Friday, June 10, 2016

Filled Under:

‘Maaf Bapak, Jangan Panggil Kami Indon, Tapi Indonesia’

ino

Di Malaysia perkataan “Indon” ini merupakan panggilan awam biasa yang merujuk kepada orang Indonesia. Perkataan ini adalah singkatan kepada Indonesia; dibuang esia supaya lebih pendek sebutannya.
Namun begitu panggilan “Indon” ini kurang disenangi oleh masyarakat Indonesia terutama yang tinggal di negara Indonesia. Hal ini juga satu ketika dulu turut menjadi isu kontroversi hingga heboh di akhbar Indonesia hingga menjadi perhatian pihak kedutaan besar Indonesia ke Malaysia.
Alasan orang di negara Indonesia adalah; panggilan itu negatif, menghina bangsa mereka dengan membawa erti babu (kuli, martabat rendah). Bagi mereka panggilan itu meremehkan maruah bangsa mereka berbanding dengan panggilan “Indo” dimana panggilan itu baru lah merujuk kepada bangsa mereka.
Saya sebagai warga Malaysia sebenarnya kurang bersetuju dengan pandangan sesetengah masyarakat di sana dengan isu ini. Saya tinggal di Indonesia hampir 6 tahun dan ramai pekerja Indonesia yang saya kenal bekerja di tempat ibu saya. Saya lihat panggilan Indon itu langsung tidak merujuk untuk merendahkan orang Indonesia. Panggilan itu hanya sebagai singkatan semata-mata sebagaimana orang Bangladesh yang dipanggil “Bangla”.
'Maaf Pak, Jangan Panggil Kami Indon, Tapi Indonesia'
'Maaf Pak, Jangan Panggil Kami Indon, Tapi Indonesia'1
Mungkin persepsi itu timbul kerana kebanyakkan orang Indonesia di Malaysia merupakan tenaga buruh (2 juta TKI yang berdaftar, tidak termasuk yang haram) maka persepsi panggilan itu hanya untuk kuli.
Rakyat Malaysia sifatnya suka memendekkan perkataan agar senang disebut, sama seperti orang Indonesia. Jadi gesaan masyarakat Indonesia untuk meminta ubah dari Indon kepada Indo tidak memberi banyak kesan kerana bagi orang Malaysia ia tetap perkataan yang sama.
Bukan bertujuan menghina melainkan hanya sekadar panggilan singkatan biasa. Semasa tinggal di Indonesia saya kerap menjaga pertuturan saya agar tidak terkeluar perkataan Indon demi menjaga hati teman-teman. Namun saya kerap bertemu orang Indonesia di sana yang pernah bekerja di Malaysia, mereka sendiri menggelar diri mereka Indon.
“Saya menjadi TKI di sana 3 tahun bang, terus pas itu pulang ke Indon, kangen sama anak” begitu lah perbualan mereka. Pandangan saya mungkin masyarakat di tanah Indonesia tidak faham isu ini sebab mereka tidak pernah tinggal di negara Malaysia. Tambahan isu ini dimainkan oleh media massa menjadikan kefahaman ini tidak disampaikan dengan benar.
Budaya malas membaca hingga habis sesuatu berita pun menjadi faktor susah sangat orang disana mencerna sesuatu isu melibatkan Malaysia. Jadi jika ada rakyat Indonesia yang membaca tulisan ini, suka untuk saya nyatakan bahawa kami rakyat Malaysia menggunakan perkataan Indon itu hanya sebagai singkatan semata-mata dan bukan lah untuk menghina kalian.
Tidak pernah didalam kamus Malaysia perkataan Indon itu merujuk kepada babu. Mahu menggunakan Indon, Indo, Indonesia; ia adalah perkataan yang sama dan kita tetap saudara serumpun. Tidak ada gunanya kita saling bertikam lidah atas hal-hal yang sepele (kecil), masih banyak hal yang besar yang harus kita fikirkan untuk kemajuan bangsa dan negara masig-masing.

Sementara itu, memetik perkongsian seorang warganegara Indonesia apabila diajukan soalan ini kepada beliau :

“Entah bagaimana mulanya, saya tiba-tiba nyasar ke sebuah halaman  diskusi (mungkin lebih tepatnya pertengkaran), yang isinya carut mencarut antara pemuda Malaysia dan Indonesia. Yang Malaysia menyebut “Indon” untuk orang Indonesia, dan orang Indonesia membalas dengan kata–maaf– “Malingsia”. 
Saya lantas berpikir; mengapa orang Indonesia yang–di dalam “diskusi” itu–marah disebut Indon? Padahal bila dipikir-pikir, normal dan lumrah saja sebuah penyingkatan untuk menyebut sebuah nama yang dirasa panjang. 
Dulu, orang Indonesia yang keturunan atau punya campuran darah Belanda kita sebut Indo. Bahkan sekarang, apapun campuran darah eropa atau Amerikanya, juga kita sebut Indo. Orang Scotlandia juga dipanggil “Scots”. Finlandia dipanggil “Finn”. Thailand disapa Thai. Belanda dipanggil Dutch. Dan banyak lagi.
Usut punya usut, penyebutan Indon oleh orang Malaysia untuk orang Indonesia, ditujukan kepada para TKI. Ya jelas lah. karena TKI lah yang memang banyak disana. Disini menurut saya persoalannya. Bila yang banyak di Malaysia adalah para pelajar berprestasi, dosen, insinyur atau kelas profesi intelek lain berkebangsaan Indonesia, apakah orang Malaysia lantas mengubah cara memanggilnya? Menurut saya pasti akan tetap Indon. Karena niatnya memang untuk menyingkat penyebutan. Bukan menghina.
Lalu, bila kita merasa terhina dengan panggilan itu karena yang kebetulan yang banyak disana adalah TKI, bukankah artinya kita sendiri yang merendahkan TKI dengan merendahkan makna penyebutannya? 
Bila sesuatu terus-menerus dipersepsikan buruk, maka ia akan buruk. Seburuk pikiran yang menganggapnya.”
Bendera serta tenda Indonesia dan Malaysia selalu berdampingan di Mina, Arab Saudi, saat musim haji. Damai, saling menyapa, saling membantu.




1 comments: